Serdang Bedagai || Delinews24.net
Setiap kita akan melalui ujian dalam hidup. Ketahuilah kita bahwa ujian yang ditimpakan kepada kita sesuai dengan kemampuan iman kita. Lagi berat ujian itu bermakna semakin tinggilah iman seseorang itu.
Rasulullah SAW bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُونَ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ لَهُ فِي الْبَلَاء
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang Sholeh, kemudian diikuti oleh orang-orang yang mulia, dan disusuli oleh orang-orang yang mulia berikutnya. Seseorang hamba akan diuji sesuai kadar agamanya (keimanannya). Jika keimanannya kuat maka ujiannya juga akan semakin berat.” (HR Tirmidzi no 3298) Status: Hadis Sahih
Sesungguhnya, manusia itu hanya akan diuji sesuai mengikut kemampuannya. Sehebat mana pun sesuatu ujian itu, sesukar mana pun ia di mata kita, percayalah bahwa kita sebenarnya mampu untuk menghadapinya.
Sebagaimana janji Allah S.W.T,
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [Al-Baqarah: 286]
Allah itu tidak sekali-kali akan menzalimi hamba-hamba-Nya dengan memberi kita ujian yang melebihi tahap kemampuan kita. Namun mengapa ada masanya, perasaan ‘tidak mampu’ itu muncul dalam diri kita?
Sebenarnya perasaan ‘tidak mampu’ itu muncul, apabila kita sebagai makhluk ciptaan-Nya, tidak mengembalikan masalah atau ujian yang datang itu kepada Allah.
Manusia sering meletakkan kepercayaan atas keupayaan dirinya terlebih dahulu, berbanding meletakkan pergantungan kepada Allah. Sebab itu apabila sesekali Allah menguji kita dengan ujian yang tidak terduga, kita tersentak dan merasa amat berat.
Sebaliknya, bagi orang yang beriman, apabila berhadapan dengan ujian, ingatan segera dikembalikan kepada Allah. Darinya akan muncul ketenangan.
Firman Allah SWT,
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ . أُولَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya jualah kami akan dikembalikan). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.“ [Al-Baqarah: 155-157]
Letakkanlah pergantungan dan keyakinan kita ‘sepenuhnya’ kepada Allah. In Sha Allah, dengan izin-Nya, ujian yang berat itu akan terasa lebih ringan lagi.
Bukankah ujian itu datang dari Allah, maka, kepada siapa lagi harus kita kembalikan, jika tidak kepada Yang Maha Mencipta?
Bukankah kekuatan itu semuanya milik Allah, justru, kepada siapa lagi harus kita meletakkan sepenuh pergantungan dan harapan, jika tidak kepada Yang Maha Berkuasa?
(Disampaikan pada pengajian rutin Senin Malam, Mesjid Taqwa Muhammadiyah Bagan Kuala)