Medan|delinews24.net – Pada abad ke 21 ini manusia sangat bergantung dengan apa yang di lihat dan di dengar hal ini di manfaatkan berbagaimacam kelompok untuk meraih kepercayaan dari pemirsa terutama di bidang politik hal ini juga dapat di “pelesetkan” yakni mengarahkan para pendengar dan pelihat tersebut dengan mengarahkan mereka ke ajang menyebaran dakwah, hal ini juga di bahas oleh firman Allah S.W.T:
“Wahai Rasul, sampaikan semua apa yang telah diturunkan kepada engkau dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan [apa yang diperihtahkan itu berarti] kamu tidak menyampaikan amanat-Nya, tersebut”. [QS. Al Maidah: 67]
Surah Al-Maidah ayat 67 menekankan tanggung jawab Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu Allah tanpa ada rasa takut terhadap gangguan atau maksud buruk dari manusia. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan melindungi Rasul-Nya dari segala ancaman, dan tugas utama beliau adalah menyebarkan ajaran Islam. Ini menandakan bahwa Allah memberikan perlindungan khusus kepada para Nabi dalam menjalankan misi-Nya
Pada surat al-Maidah di atas (ayat 67) sebagaimana dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa pada awalnya Nabi Muhammad saw. merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabiannya. Namun karena ada dukungan langsung dari Allah, maka keberanian itu muncul karena perlindungan dari Allah swt sebagai “Maha Kuasa” menimbulkan gairah dan pergerakan dalam dakwah Nabi Muhammad saw. dalam menyampaikan risalah. Nabi Muhammad tidak sendiri, ada pemberi semangat, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah swt. begitupun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi, sebab materi penyampaian tersebut memiliki nilai mulia dan memiliki pahala di dalamnya, hal inilah yang harus diberikan
Ketika kita berbicara mengenai politik, bukan berarti kita mesti terjun ke dalam dunia politik . Berbicara mengenai politik, bukan berarti kita politikus. Akan tetapi pemahaman politik yang kita punya setidaknya tidak menjerumuskan kita kepada orang yang salah dan dakwah yang salah
Politik oleh sebagian kalangan diartikan sebagai kemahiran untuk menghimpun kekuatan, meningkatkan kualitasnya, mengawasi dan mengendalikan, dan menggunakannya untuk mencapai suatu tujuan dalam bernegara ataupun lainnya, apalagi di tahun 2024 ini adalah ajang kontestasi perpolitikan yakni Pemilu dan Pilkada yang sangat di manfaatkan percampuran anatara politik dan dakwa, Adapun dakwah adalah seruan kepada segenap manusia untuk mengikuti jalan Allah lewat amar makruf nahi munkar, menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya . Operasionalnya bisa menggunakan berbagai media dan cara. dakwah itu menyampaikan hal baik kepada manusia sesuai ajaran Al-Qur’an atau sunnahnya. kekuasaan bisa menjadi cara cepat dalam menyebarkan dakwah, akan tetapi dakwah bukan tujuan untuk berkuasa.
Dakwah Islam yang telah berlangsung sekian lama ini pada intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan yang penuh kedamaian dan jauh dari dendam masa lalu serta berusaha menatap ke depan yang lebih baik Dalam bahasa fikih dakwah, membawa manusia dari jahiliyah menuju ilmiah, dari keadaan yang terpuruk menjadi penuh kemaslahatan, dan keadaan yang tidak mengindahkan aturan menuju keadaan yang memahami serta menaati peraturan dan begitu seterusnya.
Tidak ada ditemukan seorangpun [baik da’i maupun lainnya] yang tidak pernah berbicara mengenai politik sama sekali. Hanya saja, diantara mereka ada yang berbicara secara terang-terangan, dan ada pula yang berbicara secara sembunyi-sembunyi, dan ada juga yang berbicara dalam posisi diantara keduanya ini. Ada juga berbicara di depan umum, dan ada pula yang berbicara di depan orang-orang khusus dan hal ini yang sangat banyak orang menghindarinya akan tetapi di suatu sisi dakwah yang mengandung politik pun harus di gaungkan agar umat tidak salah dalam menentukan arah perpolitikan mereka dengan contoh terjebak dengan politik uang atau memilih bukan seakidah hal ini sering terjadi.
Kebenaran ajaran Islam, bahwa berpolitik bagian dari dakwah dan dakwah merupakan tujuan dari berpolitik. Karena Islam tidak hanya hadir di wilayah kematian, formalitas pertemuan dan wilayah kaku lainnya. Itu semua tidak membutuhkan ijtihad berat untuk mengusungnya. Semua sepakat dan siap melakukan ajaran Islam pada tataran simbolis demikian.
Tetapi, ketika yang diusung adalah ide kesatuan Islam yang terdiri dari persoalan akidah, ibadah, akhlak dan muamalah, baik dalam skala individu, keluarga, dan bermasyarakat serta bernegara tentu wajar jika mengundang polemik dan pertanyaan yang berterusan.
Semestinya setiap kita berusaha mengangkat sisi keislaman tersebut dari aspek yang digeluti sehari-hari sehingga kesempurnaan dan komprehensivitas Islam tampak jelas.
Ibnu Katsir ketika menafsirkan firman Allah, “Wahai Rasul, sampaikan semua apa yang telah diturunkan kepada engkau dari Tuhanmu. Jika engkau tidak melakukan itu, berarti engkau tidak melakukan perintah Allah tersebut”. [QS. Al Maidah: 67].
Antara lain menyebutkan, dalam konteks dakwah bahwa tugas seorang Muslim menyampaikan totalitas ajaran Islam dan akidah . Ini karena jika ada salah satu dari ajarannya yang tidak atau belum tersampaikan maka sama artinya tidak menyampaikan Islam.
Di sini kembali sisi politik dari Islam meminta peran Muslim untuk berkiprah mengusung dan menyuarakan tokoh-tokoh yang seakidah. Tentu masing-masing berperan sesuai dengan porsi dan kepentingan nya
Wallahu a’lam(ghefira nur az-zahra)