…dan di ujung senja ini
kudapati wangi hujan
aroma yang menyentuh degup udara
dingin dan berkeriapan tiap helainya
tergeletak satu per satu getar
yang mahir dari suarnya
ah, itu cerita silam berbatu;
saat aku iseng menyayat puntung
menimang sepi, mengurai raut ratu.
jangan!
aku tak mau meneruskan puisi ini
sebab meski sekerjap,
duka itu semu dan melelahkan sekali
andai kau tahu,
riak apa yang nasab di tubuh—
barangkali sudah lama bunga bertumbuh,
dari detik-detik yang ingar
termakan jauh, dari tempat
di mana sunyi selalu runtuh.
aku tahu, kau mengingatku
hanya terkadang, kau;
tenggelam dalam kepura-puraanmu.