delinews24.net – Di sebuah wilayah yang kini dikenal sebagai Selo, Purwodadi, Jawa Tengah, terdapat makam seorang tokoh legendaris: Ki Ageng Selo. Ia bukan hanya dikenal sebagai leluhur raja-raja Mataram, termasuk Sultan Hamengku Buwono X (Yogyakarta) dan Paku Buwono XIII (Surakarta), tetapi juga dikenang karena kisah menakjubkannya menangkap petir di tengah sawah.
Asal-Usul Ki Ageng Selo: Keturunan Raja Majapahit
Menurut Babad Tanah Jawi, Ki Ageng Selo adalah keturunan langsung dari Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Silsilahnya dapat ditelusuri sebagai berikut:
- Brawijaya menikah dengan Putri Wandan Kuning, melahirkan Bondan Kejawan (Ki Ageng Lembu Peteng).
- Ki Ageng Lembu Peteng menikah dengan Dewi Nawangsih (putri Ki Ageng Tarub), melahirkan Ki Getas Pendowo.
- Ki Getas Pendowo memiliki tujuh anak, dengan Ki Ageng Selo sebagai putra sulung.
- Ki Ageng Selo dikenal sebagai seorang petapa yang sederhana, gemar bertani, dan membagi hasil panennya kepada masyarakat sekitar. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Joko Tingkir, yang kelak menjadi Sultan Pajang Hadiwijaya.
Kisah Fenomenal: Menangkap Petir di Tengah Sawah
Kisah paling legendaris tentang Ki Ageng Selo terjadi pada masa Kesultanan Demak di bawah Sultan Trenggana. Suatu sore, saat Ki Ageng Selo sedang mencangkul sawah, datanglah badai disertai petir menyambar-nyambar.
Sementara petani lain berlarian ketakutan, Ki Ageng Selo tetap tenang. “Gelegar!” Petir menyambar cangkulnya, namun ia tidak terluka. Dengan kesaktiannya, ia berhasil menangkap petir dan mengikatnya dalam sebuah batu. Batu berisi petir itu kemudian diserahkan kepada Sunan Demak dengan pesan: “Jangan diberi air!”
Namun, suatu hari, seorang wanita misterius menyusup ke istana dan menyiram batu itu dengan air. Ledakan dahsyat pun terjadi, menghancurkan bagian istana. Konon, wanita itu adalah “petir perempuan”, pasangan dari petir yang ditangkap Ki Ageng Selo.
Warisan Ki Ageng Selo: Cikal Bakal Kerajaan Mataram
Ki Ageng Selo memiliki tujuh anak, salah satunya adalah Kyai Ageng Enis, yang menurunkan Kyai Ageng Pamanahan. Pamanahan kemudian memiliki putra bernama Sutawijaya (Panembahan Senopati), pendiri Kerajaan Mataram Islam—cikal bakal Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.
Makam Ki Ageng Selo: Ziarah dan Legenda yang Tetap Hidup
Makam Ki Ageng Selo di Selo, Purwodadi, hingga kini masih dikunjungi peziarah yang ingin mengenang kebesarannya. Kisahnya sebagai penangkap petir dan leluhur raja-raja Jawa tetap hidup dalam tradisi lisan dan literatur sejarah.
“Ki Ageng Selo bukan sekadar mitos. Ia adalah simbol keteguhan, kesederhanaan, dan spiritualitas Jawa yang mengakar,” tutur seorang budayawan Jawa.