Kepada siapa hendak mengadu tentang masa depan peradaban bangsa ini, ketika semua orang diam?
Pena bergores tak berbekas bagai sandera mengusik jiwa.
Perih menatap letih, bagai mengejar bayangan semu.
Kata terlukis berbalut kehampaan dalam ruang dan waktu yang saling berkejaran.
Perih ini tak seberapa, hanya ada sedikit percikan darah bagai tertusuk ilalang.
Tak usah kau pedulikan, pergilah, lupakan aku, asal jangan ada lagi luka perih diesok hari.
Aku mencoba menaruh asa pada kilau cahaya dibalik langit.
Dan, cahaya pun hanya tersenyum.
-es 20/07/22