Example floating
Example floating
Teknologi

Microsoft Investasi Besar-besaran di AI, Tapi 15.000 Karyawan Jadi Korban Efisiensi

668
×

Microsoft Investasi Besar-besaran di AI, Tapi 15.000 Karyawan Jadi Korban Efisiensi

Share this article
Microsoft Hemat Rp8 Triliun Berkat AI, Tapi PHK 15.000 Karyawan Picu Kontroversi

delinews24.net – Microsoft mengumumkan keberhasilan penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam menghemat biaya operasional hingga USD 500 juta (sekitar Rp8 triliun) hanya di pusat layanan pelanggan selama setahun terakhir. Namun, pencapaian ini dinodai oleh gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 15.000 karyawan sepanjang 2025, memicu kritik atas dampak otomatisasi terhadap tenaga kerja manusia.

Efisiensi vs Etika: Microsoft Kurangi Biaya USD 500 Juta dengan AI Sambil PHK Ribuan Karyawan

AI Meningkatkan Efisiensi, Tapi Memicu PHK Massal

Dalam presentasi internal yang dikutip Bloomberg, Judson Althoff, Chief Commercial Officer Microsoft, mengungkapkan bahwa AI telah meningkatkan produktivitas di berbagai lini bisnis, termasuk layanan pelanggan, penjualan, dan pengembangan perangkat lunak.

  • Chatbot AI mampu menangani keluhan pelanggan secara otomatis, mengurangi kebutuhan staf manusia.

  • Copilot dan alat berbasis machine learning mempercepat penulisan kode pemrograman, memangkas waktu pengembangan software.

  • Otomatisasi proses bisnis menghemat biaya operasional hingga 30% di beberapa divisi.

Namun, efisiensi ini berbanding terbalik dengan keputusan Microsoft melakukan tiga gelombang PHK sepanjang 2025, memangkas 15.000 karyawan—termasuk 9.000 orang yang baru saja dipecat pekan lalu.

Kritik Publik: “AI Menghemat Uang, Tapi Menghancurkan Pekerjaan”

Kebijakan Microsoft menuai kecaman dari kalangan pekerja teknologi dan pengamat ketenagakerjaan. Beberapa poin kritik utama:

  • “Tidak sensitif”: Pengumuman penghematan Rp8 triliun dinilai tidak etis di tengah PHK massal.

  • Unggahan kontroversial dari Matt Turnbull, produser Xbox (sekarang dihapus dari LinkedIn), yang menyebut karyawan yang stres bisa “menggunakan ChatGPT untuk mengelola beban mental.”

  • Karyawan yang tersisa harus menanggung beban kerja lebih berat karena pengurangan staf.

“Ini ironis. Microsoft untung besar, kapitalisasi pasarnya hampir USD 4 triliun, tapi justru memangkas ribuan pekerja. AI seharusnya melengkapi manusia, bukan menggantikannya,” komentar Sarah Johnson, analis tenaga kerja dari Brookings Institution.

Microsoft Fokuskan Investasi ke AI, Kurangi Karyawan Konvensional

Di tengah kontroversi, Microsoft terus mengalirkan dana besar ke pengembangan AI:

  • USD 80 miliar dianggarkan untuk infrastruktur AI pada 2025.

  • Rekrutmen masif ilmuwan data dan ahli AI, sementara posisi administratif dikurangi.

  • Kapitalisasi pasar mencapai USD 3,74 triliun, tertinggi kedua di dunia setelah Nvidia.

Satya Nadella, CEO Microsoft, dalam pernyataan terpisah menegaskan bahwa transformasi digital adalah “keniscayaan bisnis.”
“Kami berkomitmen membantu karyawan yang terdampak dengan program pelatihan ulang (reskilling),” ujarnya. Namun, skeptisisme tetap muncul mengingat skala PHK yang masif.

Masa Depan Pekerjaan di Era AI: Ancaman atau Peluang?

Kasus Microsoft menjadi contoh nyata dilema otomatisasi vs tenaga kerja manusia:

  • Pro-AI: Efisiensi AI bisa meningkatkan laba dan inovasi.

  • Kontra-AI: PHK massal memperlebar kesenjangan ekonomi dan mengancam stabilitas sosial.

Analis memprediksi gelombang PHK serupa akan terjadi di banyak perusahaan teknologi lain yang mengadopsi AI secara agresif.

Example 120x600