Kau tau, tentu,
perasaan seorang perempuan yang terlalu malu,
terlalu lama menyesap rindu.
Sepi dan sendu,
sekaligus riuh bergemuruh.
Dan selengkung senyum itu,
sesungguhnya telah lama ku tautkan dipunggungmu.
Ketika kau terlalu mudah menyerah atas segalanya,
aku masih percaya kau memiliki perasaan yang sama.
Dan di luas degup dadamu itu,
kupercayai segala arah.
Andai saja kau mampu sekali lagi berbalik, menunjukanku cara menanti yang terbaik.
Padamu,
aku ingin membangun rumah.
Selamanya aku ingin singgah,
melupakan kata pulang.