Kulirik jam di pergelangan tanganku, pukul 01.30 wib. Perlahan aku turun dari mobil travel yang membawaku dari Jakarta, lalu berjalan beberapa puluh meter menuju rumah ibu.
Temaram lampu led 11 watt di teras rumah ibu dari kejauhan tampak enggan mengusir gelap malam, menyorot pot-pot bunga yang dirawat ibu, yang masih sama seperti pulangku beberapa bulan lalu.
Beberapa meter mendekati teras, aku tertegun sejenak. Langkahku terhenti, telingaku menangkap suara yang tak asing bagiku. Suara ibu.
Aku sangat hafal suara itu, suara lembut yang selalu aku rindu. Tetapi ada satu hal yang membuat aku heran, suara itu terbata-bata, mengeja kata demi kata, terhenti beberapa kali, lalu belanjut dengan ragu.
Kuperhatikan dengan cermat, ibu sedang mengeja dengan berat, sebaris ayat. Bacaannya tidak tertib, panjang pendeknya belum tertata, beberapa huruf keliru terbaca, tapi aku tanpa terasa mulai meneteskan air mata.
Iya, ibuku sedang mencoba membaca ayat suci dari lembaran Qur’an. Sesuatu yang membuat aku haru.
Betapa tidak, diusia beliau yang sudah tua, entah karena apa ibuku berkenan belajar membaca, kitab suci yang diimaninya, yang selama ini menjadi barang asing baginya.
Adik-adikku tak pernah bercerita apa-apa, mungkin hati ibu terbuka dan Allah-lah yang membimbing beliau untuk mulai membaca, entah belajar dari mana.
Kudengarkan dengan sepenuh hati, bahkan bernafaspun aku seolah tak berani, takut hadirku mengganggu kekhusukan ibu membaca dengan terbata.
Beberapa puluh menit berlalu, suara itu terhenti. Kudengar ibu bangkit ke kamar mandi. Pasti hendak menjalankan ibadah sholat tahajud dini hari.
Aku diam terpaku, ragu-ragu. Hendak mengetuk pintu, atau segera pergi berlalu, mencari sesuatu yang saat ini bergulat di pikiranku.
Sepuluh menit aku tak bergerak, lalu aku beranjak. Kupilih berjalan ke rumah adik, beberapa ratus meter dari rumah ibu, numpang ngopi, sholat subuh lalu akan pergi ke kota, mencari sesuatu yang hendak aku hadiahkan untuk ibu.
Dalam pikiranku, akan kubelikan perangkat audio visual, atau apapun itu yang bisa membantu ibu lebih tertib membaca ayat suci, menyerahkan kepada beliau nanti tanpa berniat menggurui.
Tak ada di pikiranku untuk mengajari, aku tidak berani, kecuali beliau meminta nanti. Tak juga terpikir mendatangkan guru ngaji, aku khawatir ibu malu hati, lalu justru berhenti mengaji
Yaa Allah, semoga langkahku tak keliru 🙏