Nasional – Yang lain masih gontok-gontokan masalah APBDes, desa ini malah sudah 3 kali lebaran selalu bagi-bagi THR.
Desa Wunut, yang terletak di Kecamatan Tulung, Klaten, telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir berkat keberhasilannya mengelola Pendapatan Asli Desa (PADes) melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Salah satu pencapaian yang patut diapresiasi adalah pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran kepada seluruh warganya selama tiga tahun berturut-turut. Dana THR ini bersumber dari pengelolaan objek wisata Umbul Pelem Water Park, yang telah menghasilkan omzet mencapai Rp 25 miliar sejak dibuka pada tahun 2018.
Kepala Desa Wunut, Iwan Sulistya Setiawan, menjelaskan bahwa modal awal untuk membangun Umbul Pelem Water Park sebesar Rp 2,4 miliar berasal dari dana desa. Investasi ini ternyata membuahkan hasil yang luar biasa. “Dari modal Rp 2,4 miliar, kami berhasil mendapatkan omzet hampir Rp 25 miliar. Ini adalah bukti bahwa pengelolaan dana desa yang baik dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat,” ujar Iwan pada Rabu (19/3/2025).
Tidak hanya THR, pendapatan dari BUMDes juga digunakan untuk berbagai program sosial. Warga miskin yang belum menerima bantuan dari pemerintah mendapatkan beras 10 kilogram setiap bulan melalui BUMDes Sumber Kamulyan. Selain itu, di awal tahun 2025, sekitar 200 warga miskin menerima zakat sebesar Rp 600 ribu per orang. Di sektor kesehatan, seluruh warga Desa Wunut diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dengan anggaran hampir Rp 900 juta per tahun. Warga yang sakit juga mendapatkan bantuan sebesar Rp 500 ribu, sedangkan bagi yang meninggal dan tidak terdaftar BPJS Ketenagakerjaan, desa memberikan santunan sebesar Rp 10 juta.
Camat Tulung, Hendri Pamukas, mengapresiasi langkah progresif Desa Wunut. “Selain memberikan THR, Desa Wunut juga mendaftarkan seluruh KK-nya dalam BPJS Kesehatan. Ini adalah contoh nyata bagaimana pengelolaan BUMDes yang transparan dan efektif dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat,” ujar Hendri.
Keberhasilan BUMDes dan APBDes
Keberhasilan Desa Wunut dalam mengelola BUMDes dan APBDes tidak sendirian. Beberapa desa lain di Indonesia juga telah menunjukkan prestasi serupa. Salah satunya adalah Desa Ponggok di Klaten, Jawa Tengah, yang berhasil mengembangkan objek wisata Tirto Ombo. Dengan modal awal Rp 1,5 miliar dari dana desa, Desa Ponggok kini mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp 10 miliar per tahun. Pendapatan ini digunakan untuk membiayai berbagai program sosial, termasuk beasiswa pendidikan dan bantuan kesehatan bagi warga.
Desa Panggungharjo di Bantul, Yogyakarta, juga patut diacungi jempol. Melalui BUMDes Panggung Lestari, desa ini berhasil mengelola lahan tidur menjadi kawasan wisata dan pusat ekonomi kreatif. Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk membangun infrastruktur desa, seperti jalan dan saluran air, serta memberikan bantuan langsung kepada warga miskin.
Di Sumatera Barat, Desa Lubuk Kilangan juga menjadi contoh sukses pengelolaan APBDes. Dengan memanfaatkan dana desa untuk membangun pasar tradisional dan pusat pelatihan UMKM, desa ini berhasil meningkatkan perekonomian warga secara signifikan.
Memetik pelajaran dari Desa Wunut
Keberhasilan Desa Wunut dan desa-desa lain dalam mengelola BUMDes dan APBDes menunjukkan bahwa transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat adalah kunci utama. Penggunaan dana desa untuk investasi jangka panjang, seperti pembangunan objek wisata, dapat memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, program-program sosial yang dijalankan, seperti bantuan pangan, kesehatan, dan pendidikan, membuktikan bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan melalui pengelolaan keuangan desa yang baik.
Dengan semangat gotong royong dan kepemimpinan yang visioner, desa-desa di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi mandiri dan sejahtera. Desa Wunut dan desa-desa lain yang telah sukses menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk terus berinovasi dan memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal.