Scroll untuk baca berita
Example floating
Example floating
AGAMADARI REDAKSI

Jendela Fajar : HARI RAYA IDUL FITRI

34
×

Jendela Fajar : HARI RAYA IDUL FITRI

Share this article

delinews24.net

 

Firman Allah ﷻ :

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: Dan hendaklah kamu mengagungkan Allâh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS al-Baqarah 2:185).

Hari Raya Idul Fitri adalah perayaan besar yang menjadi momen kemenangan bagi seluruh umat Muslim. Momen kemenangan ini dicapai setelah umat menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.

Dibulan Ramadhan umat berjuang mengendalikan nafsu dan berbagai keburukan. Bulan Syawal, Hari Raya Idul Fitri menjadi momen penting bagi umat Muslim untuk saling bermaaf maafan.

Kini bulan Ramadhan berlalu sudah, hari raya Idul Fithri pun tiba. Masing-masing kita memiliki perasaan berbeda di Idul Fthri, ada yang bergembira terlepas dari belenggu menahan lapar dan haus serta bercampur disiang hari.

Namun banyak pula yang bergembira bercampur haru dan sedih menyatu dalam hati kaum Muslimin. Gembira karena dengan pertolongan dari Allah ﷻ, dapat melaksanakan puasa dan berbagai ibadah lainnya pada bulan Ramadhan.

Dibulan Syawal ada kesedihan dalam diri, karena berpisah dengan bulan agung yang penuh berkah. Mereka merenung diri apakah ditahun depan dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadhan dan dapat melaksanakan puasa, atau hanya kenangan.

Menyambut Idul Fithri diwajibkan kepada seluruh umat untuk melaksanakan shalat Îd, dan orang yang meninggalkannya tanpa ada udzur tergolong ia berdosa.

Allâh ﷻ dalam firman-Nya:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ﴿١﴾ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah.” (QS Al-Kautsar 108: 1-2)

Menyambut Idul Futhri, disunnahkan untuk mandi sebelum berangkat shalat. Anjuran ini menunjukkan atsar dari sahabat Nabi ﷺ .

Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, seseorang pernah bertanya pada ‘Ali mengenai mandi. ‘Ali menjawab, “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Orang tadi berkata, “Bukan. maksudku, manakah mandi yang dianjurkan?” ‘Ali menjawab, “Mandi pada hari Jum’at, hari ‘Arafah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR. Al-Baihaqi, 3: 278).

Pada saat Idul Fithri tiba, Rasulullah ﷺ keluar untuk melaksanakan shalat ‘Îd, bahkan Beliau ﷺ juga memerintahkan para wanita untuk keluar. Dari Ummu ‘Athiyyah Radhiyallahu anha, dia berkata:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ . قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِحْدَانَا لا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ . قَالَ : لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا

Artinya : Rasûlullâh ﷺ memerintahkan kami di hari raya ‘Îdul Fitri dan ‘Îdul Adha untuk mengeluarkan wanita yang baru baligh, wanita sedang ha’Îd dan wanita perawan. Para wanita yang sedang ha’Îd dipisahkan dari (tempat) shalat.

Agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan doa umat Islam.” Saya berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, ada di antara kami yang tidak mempunyai jilbab.” Beliau mengatakan, “Sebaiknya saudara perempuannya memberinya jilbab.”(HR al-Bukhâri, no. 324 dan Muslim, no. 890)

Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan shalat ‘Îd sejak diperintahkannya pada tahun kedua hijriyah sampai Beliau ﷺ wafat. Juga para khulafa’ Rasy’Îdin setelah Beliau pun selalu melaksanakannya. Ini semua menegaskan wajibnya shalat ‘Îd ini ditunaikan.

Rasulullah ﷺ sebelum berangkat melaksanakan Sholat Idul Fitri makan lebih dahulu, berbeda dengan akan berangkat untuk sholat ‘Ied.

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

Artinya : “Rasulullah ﷺ biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352).

Secara khusus, perayaan Idul Fitri identik dengan pakaian baru, memiliki makna yang lebih dari itu. Mengenakan pakaian baru hanyalah sunah, sedangkan makna yang lebih penting adalah anjuran untuk menambah ketaatan setelah sebulan training Ramadhan.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُبَّةٌ يَلْبَسُهَا لِلْعِيْدَيْنِ وَيَوْمِ الجُمُعَةِ

Artinya : “Nabi ﷺ memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fithri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum’at.” (HR. Ibnu Khuzaimah, 1765)

Sungguh, umat muslim yang menjalankan ibadah puasa dan amalan sunah lain di bulan Ramadan, diharapkan dapat meningkatkan kualitas diri dan iman dengan menjalankan ibadah yang lebih baik usai Ramadan.

Meskipun bukan hal yang mudah, namun orang yang mampu menjalankan ibadah dengan lebih baik setelah Ramadan, merupakan tanda bahwa ibadah selama Ramadan telah diterima oleh Allah. Tentu ini bisa dijadikan motivasi diri bagi setiap umat muslim agar mendapatkan kebaikan tersebut.

Example 120x600