Example floating
Example floating
Blog

Stigma Lebih Menyakitkan dari Virusnya

550
×

Stigma Lebih Menyakitkan dari Virusnya

Share this article

Deli Serdang – Memasuki peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 1 Desember 2025, berbagai upaya terus dilakukan untuk memastikan bahwa layanan HIV tidak berhenti meski penuh tantangan. Dengan mengusung tema nasional “Bersama Hadapi Perubahan: Jaga Keberlanjutan Layanan HIV”, pemerintah dan komunitas menyerukan pentingnya solidaritas dan edukasi masyarakat dalam memutus rantai stigma yang masih mengakar.

Di tengah kampanye tersebut, Antono, aktivis dan pemerhati HIV, mengungkapkan bahwa stigma sosial terhadap orang dengan HIV masih menjadi persoalan besar yang menghambat banyak orang untuk mengakses layanan kesehatan.

“Saya sering melihat, dan bahkan mendampingi langsung, orang-orang yang sebenarnya sudah siap berobat tetapi urung datang karena takut diperlakukan buruk. Stigma itu bukan sekadar kata-kata—ia bisa menghentikan langkah seseorang untuk menyelamatkan hidupnya,” ujar Antono.

Menurutnya, masyarakat masih banyak disesatkan oleh informasi yang keliru tentang HIV. Padahal, perkembangan ilmu kedokteran telah membuat HIV dapat dikendalikan dengan baik melalui terapi ARV.

“Saat ini, HIV bukan lagi vonis mati. Yang justru mematikan adalah ketidaktahuan,” tambahnya.

Antono menilai bahwa perubahan harus dimulai dari lingkungan terdekat: keluarga, tempat kerja, dan komunitas. Sebab, keberlanjutan layanan HIV tidak hanya bergantung pada pemerintah dan tenaga kesehatan, tetapi juga pada bagaimana masyarakat menciptakan ruang yang aman bagi ODHIV.

Ia menekankan bahwa diskriminasi bukan hanya memperburuk kondisi psikologis ODHIV, tetapi juga mengganggu upaya nasional dalam mengakhiri epidemi AIDS tahun 2030.

“Ketika seseorang takut diperiksa atau takut minum obat karena khawatir ketahuan, itu berarti kita—masyarakat—ikut memperburuk situasi. Karena itu, solusi terbaik adalah edukasi dan empati,” jelasnya.

Peringatan HAS 2025 menjadi momentum untuk menguatkan kembali komitmen lintas sektor, agar layanan HIV tetap berjalan bahkan di tengah berbagai perubahan sosial, ekonomi, maupun kebijakan.

Di akhir wawancara, Antono menyerukan ajakan:

“Jangan takut berteman dengan orang dengan HIV. Yang harus kita lawan adalah stigma dan virusnya, bukan orangnya. HIV bisa dikendalikan, tapi stigma hanya hilang kalau kita berhenti menyebarkannya.”

Dengan semakin banyak suara yang berani bicara, diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa setiap langkah kecil dalam menghapus stigma adalah bagian penting menuju Indonesia tanpa AIDS 2030.

Example 120x600