Delinews24.net – Berikut sepak terjang Edy Rahmayadi calon gubernur Sumatera Utara 2024-2029. Edy Rahmayadi memulai karirnya dari militer, berbeda dengan calon gubernur lainnya. Dia juga pernah memimpin Sumatera Utara dari 2018 hingga 2023.
Edy Rahmayadi memulai karirnya sebagai komandan peleton di sejumlah kesatuan militer Angkatan Darat sebelum mencapai puncak karirnya sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal pada tanggal 25 Juli 2015.
Edy, yang masih menjabat sebagai Pangkostrad, diangkat menjadi ketua PSSI pada tahun 2016, pada usianya yang ke-55 tahun.
Dua tahun kemudian, Edy akhirnya memutuskan untuk meletakkan jabatannya sebagai Pangkostrad untuk berkonsentrasi pada pemilihan gubernur Sumut karena ia merasa karir militernya sudah mentok.
Mendapat dukungan dari Prabowo
Edy mendapatkan dukungan dari Prabowo Subianto untuk menjadi calon gubernur Sumatera Utara pada tahun 2018 karena dia termasuk anggota dalam operasi Seroja untuk menumpas pemberontakan di Timor Timur bersama Prabowo Subianto.
Pada Pilkada Sumut 2018 Edy pernah berpasangan dengan Musa Rajekshah yang didukung penuh oleh Golkar serta 5 partai politik lain, yakni Gerindra, PKS, PAN, Nasdem dan Hanura dengan total 60 kursi di DPRD Sumut. Edy kemudian berhadapan dengan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus yang diusung oleh PDIP dan PPP yang memiliki 20 kursi di DPRD Sumut pada tahun 2018.
Mendapat durian runtuh dari kegagalan JR Saragih
Belakangan karena kegagalan pasangan JR Saragih dan Ance Sailan dalam melengkapi berkas, yang kemudian dinyatakan ditolak oleh KPU, pasangan Edy-Musa seolah mendapatkan durian runtuh. Rombongan parpol pendukung membengkak dengan bergabungnya Demokrat dan PKB sehingga total kursi pendukung yang ada di DPRD menjadi 77 kursi.
Namun Djarot yang terkenal berhasil menyulap Kota Blitar dari kota termiskin menjadi kota terkaya kedua di Jawa Timur akhirnya terjungkal karena sentimen Putra Daerah yang kerap digaungkan oleh tim pemenangan Edy Rahmayadi.
Padahal sebelumnya, status Edy yang dianggap bukan putra daerah asli karena lahir di Aceh sempat menjadi isu hangat di tengah masyarakat. Edy Rahmayadi adalah anak dari almarhum Kapten TNI Rachman Ishaq, warga kota Medan. Rachman merupakan putra Melayu Deli dan ibunya bersuku Jawa. Edy lahir di Aceh karena ayahnya Rachman saat itu memang ditugaskan ke sana.
Selain itu, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sebuah konferensi pers pernah melontarkan bahwa ia menemukan aparat TNI, BIN, dan Polri tidak jujur dan tidak netral dalam pilkada 2018. Bahkan dirinya mempersilahkan jika ada pihak yang ingin menangkapnya atas pernyataannya tersebut. Hal itu sontak memperluas dukungan masyarakat kepada Edy Rahmayadi termasuk swing voter.
Makin berkibar karena dukungan ormas Islam
Di Medan, Kongres Umat Islam diadakan secara bersamaan, dan tokoh-tokoh dari partai politik bernuansa Islam seperti Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, dan Gatot Nurmantyo hadir. Konferensi kecil yang awalnya tidak memiliki agenda yang khusus untuk membahas perkembangan politik akhirnya terbawa arus oleh pengeluaran piagam, yang salah satu poinnya sangat mempengaruhi posisi Edy-Musa, yang mendorong pemilih untuk memilih pasangan calon Islam-Islam.
Mengundurkan diri dari Ketua PSSI
Edy tidak melepaskan jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI meskipun dia sukses terpilih menjadi gubernur pada tahun 2018. Rangkap jabatan yang diembannya mulai membuat masyarakat gelisah, terutama pecinta sepak bola nasional. mengurusi persepakbolaan nasional yang tidak stabil sambil memimpin wilayah yang penuh dengan masalah. Sempat disalahkan oleh Edy atas kekalahan Tim Garuda di penyisihan grup piala AFF 2018.
Pada kongres tahunan PSSI yang diadakan di Nusa Dua, Bali, pada 19 Januari 2019, Edy Rahmayadi kemudian mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi ketua persepakbolaan nasional.
Berbalik arah setelah di ujung pemerintahan
Pada 2018, hubungan Edy dan Gerindra berlangsung dengan baik. Bahkan Prabowo menyatakan bahwa Edy tidak perlu mengeluarkan uang untuk menjadi gubernur Sumut jika bergabung dengan partainya, Gerindra adalah partai pertama yang memberikan gerbong untuk Edy menuju Sumut 1.
Belum tuntas masa jabatannya, Edy berbalik arah dan mendukung Anies-Muhaimin, rival Prabowo dalam pilpres 2024 dengan alasan karena dia ingin perubahan.
Tak tanggung-tanggung ia ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan Daerah Anis-Muhaimin. Edy bahkan sempat sesumbar akan memperoleh 70 persen suara di Sumut untuk mengalahkan Prabowo. Edy pun sempat mengkritik posisi Prabowo yang menjadi Menhan dari kalangan militer.
Namun, yang terjadi malah sebaliknya, Gerindra menang telak di Sumatera Utara.
Di akhir masa jabatan Edy Rahmayadi, Sugiat Santoso Sekretaris DPD Gerindra Sumut membedah carut marut kepemimpinan mantan Panglima Kodam I Bukit Barisan itu dan merasa berdosa karena telah mendukungnya pada tahun 2018 lalu. Edy dinilai tak mampu menyusun jabatan definitif dalam beberapa posisi di lingkungan Pemprov Sumut. (dari berbagai sumber).