Deli Serdang | delinews24.net – Segerombolan anak pecahan botol kemaruk yang masih berstatus sebagai pelajar dan kebanyakan masih pelajar SMP kembali bikin ulah. Padahal sudah banyak jatuh korban dan tak sedikit yang sudah ditangkap tapi mereka seolah tak ada kapoknya.
Tingkah mereka dan sejenisnya yang kerap bikin muak itu Sabtu, (26/10) kemarin harus berakhir dihadang Patroli Presisi Polresta Deli Serdang sekitar pukul 22.00 WIB di Jl. Penara Kebun Perdamaian Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang Sumatera Utara.
Mereka menamakan kelompoknya Warung Aci, sebuah nama yang seolah meledek salah satu bakal calon bupati Deli Serdang yang saat ini tengah bertarung melawan dua pasang calon lainnya.
Sedikitnya 10 bocah diantaranya yang membawa beragam senjata berhasil diamankan oleh Polisi.
Menurut pengakuan FR, salah seorang koordinatornya rencananya mereka akan ‘berperang’ melawan geng sekolah Spensa.
Namun belum lagi aksi tawuran itu terlaksana, PR dan geng Warung Aci keburu disergap Polisi.
FR yang membawa senjata jenis pukulan bisbol berbahan logam itu mengaku mengumpulkan mereka d rumahnya Jl. Setia Budi Desa Paluh Kemiri Lubuk Pakam.
Pengakuannya diiyakan oleh MFU yang mengaku mendapatkan suplai senjata tajam yang sudah disiapkan dari sebuah rumah yang tidak diketahui siapa pemiliknya.
Gerombolan jomblo kere tersebut kemudian bergerak ke Jl. Bakaran Batu untuk kemudian berhenti di Simpang Penara Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang untuk mencegat Geng Spensa dan menghabisi mereka disitu.
Dari tangan 10 bocah itu Polisi mengamankan 10 unit sepeda motor, 3 diantaranya tidak menggunakan plat nomor kendaraan.
Mereka yang diamankan adalah MFU (14), FR (14), ID (16), AFA (14), P (15), ZG (17), APP (17), MAFA (14), RS (14) dan RT (14).
Selain tu Polisi juga menyita 7 buah senjata yang terdiri dari 3 Katana, 1 parang, 1 Pedang panjang dengan ujung gerigi, 1 besi panjang dan tentu saja stik bisbol yang dibawa FR.
Saat ini anggota gerombolan Warung Aci itu dikeler di Mapolresta Deli Serdang untuk diproses lebih lanjut.
Fenomena perang geng motor ini bukan yang pertama. Masa-masa sekarang ini keberadaan mereka seolah merupakan syarat untuk mendapatkan identitas diri bagi anggotanya ditengah-tengah masyarakat.
Disinyalir mereka dengan sadar memanfaatkan celah keringanan hukum bagi pelajar sebagai landasan keberanian untuk menumpahkan darah lawan-lawannya.
Kebijakan ini sebaiknya ditinjau kembali sebab perkembangan teknologi dan segala kemudahan fasilitas serta pengaruh pergaulan memaksa anak-anak kita tumbuh lebih cepat dan mengetahui lebih cepat dari dekade sebelumnya.
Dampak yang timbul dari kegiatan negatif yang mereka lakukan sama merugikannya dengan perbuatan amoral yang dilakukan oleh orang-orang yang secara hukum sudah bisa dimintai pertanggungjawaban.