Scroll untuk baca berita
Example floating
Example floating
BUDAYA

Mengapa Gunung Kawi Selalu Identik Dengan Pesugihan

701
×

Mengapa Gunung Kawi Selalu Identik Dengan Pesugihan

Share this article
Gunung Kawi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, identik dengan pesugihan karena kombinasi sejarah, mitos, dan tradisi budaya yang berkembang di masyarakat. Berikut penjelasan mengenai alasan identifikasi ini dan mengapa orang mencari kekayaan di sana:
Mengapa Gunung Kawi Identik dengan Pesugihan?

Sejarah dan Makam Keramat:

    • Gunung Kawi menjadi tempat ziarah karena keberadaan makam dua tokoh penting, Eyang Jugo (Kiai Zakaria II) dan Eyang Sujo (Raden Mas Imam Soedjono), yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro dalam perjuangan melawan penjajah Belanda (1825–1830). Kedua tokoh ini dikenal memiliki karisma dan ilmu spiritual, sehingga makam mereka dianggap keramat.

    • Cerita rakyat menyebutkan bahwa Eyang Jugo, yang memiliki darah Tionghoa dan hubungan dengan Keraton Kertosuro, membantu banyak orang dengan ilmunya, termasuk dalam urusan ekonomi. Ini memunculkan kepercayaan bahwa ziarah ke makam mereka dapat mendatangkan berkah, termasuk kekayaan.

Mitos Pohon Dewandaru dan Air Bertuah:

    • Pohon Dewandaru, yang tumbuh di area makam, dianggap sebagai “pohon keberuntungan” atau shian-to (pohon dewa) oleh masyarakat Tionghoa. Daun, buah, atau ranting yang jatuh dari pohon ini diyakini dapat membawa rezeki jika disimpan.

    • Selain itu, terdapat kendi berisi “Air Bertuah” di kawasan ini yang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan atau mendatangkan keberuntungan, meskipun beberapa menyebutnya hanya air dari sumber lokal, bukan air zam-zam seperti yang dikira.

Kisah Sukses dan Legenda Urban:

Ilustrasi Ritual Pesugihan di Gunung Kawi
    • Beredar cerita bahwa beberapa tokoh terkenal, seperti pendiri rokok Bentoel dan BCA, pernah mengunjungi Gunung Kawi saat masa sulit mereka dan kemudian menjadi kaya raya. Meskipun tidak ada bukti konkret, cerita ini memperkuat mitos bahwa Gunung Kawi adalah tempat untuk “ngalap berkah” atau mencari kekayaan.

    • Mitos ini diperkuat oleh praktik ritual di waktu-waktu tertentu, seperti malam Jumat Legi atau 1 Suro, yang dianggap sebagai hari keramat untuk ziarah dan ritual pesugihan.

  1. Praktik Ritual dan Calo:
    • Ritual pesugihan di Gunung Kawi sering melibatkan praktik seperti meditasi, tapa brata, penyembelihan hewan (misalnya kambing kendit), atau pemberian sesajen. Beberapa ritual dikaitkan dengan “kontrak gaib” yang membutuhkan tumbal, seperti nyawa kerabat, untuk mempertahankan kekayaan.

    • Kehadiran calo atau pemandu wisata yang menawarkan jasa untuk memfasilitasi ritual, seperti mengantar ke makam atau keraton gaib, juga memperkuat citra Gunung Kawi sebagai pusat pesugihan.

  2. Akulturasi Budaya dan Toleransi:
    • Gunung Kawi menarik peziarah dari berbagai etnis (Jawa, Tionghoa, Madura) dan agama, dengan adanya klenteng Dewi Kwan Im berdampingan dengan masjid dan makam Islam. Akulturasi ini membuat tempat ini terbuka bagi berbagai keyakinan, termasuk mereka yang mencari kekayaan melalui cara spiritual.

Mengapa Orang Mencari Kekayaan ke Gunung Kawi?

  1. Keinginan Kekayaan Instan:
    • Banyak orang tertarik pada pesugihan karena menjanjikan kekayaan cepat tanpa proses panjang. Gunung Kawi dianggap sebagai “supermarket pesugihan” dengan berbagai jenis ritual, seperti pesu6gihan siluman monyet atau daun Dewandaru, yang diyakini memberikan hasil instan.

  2. Desakan Ekonomi dan Keputusasaan:
    • Orang-orang yang menghadapi kesulitan ekonomi, seperti utang atau kebangkrutan, sering kali datang ke Gunung Kawi sebagai jalan pintas. Contohnya, seorang pelaku pesugihan bernama Lek Jan mengaku melakukan ritual tapa brata untuk melunasi utang dan hidup makmur. Kisah lain, seperti Bao-Yu yang selamat dari kebangkrutan pasca-kerusuhan 1998, juga menambah daya tarik tempat ini.

  3. Keberadaan Infrastruktur Spiritual:
    • Selain makam, Gunung Kawi memiliki lokasi seperti Keraton Prabu Kameswara, petilasan, dan padepokan yang dianggap memiliki energi gaib. Tempat-tempat ini, bersama juru kunci dan pemandu, menciptakan suasana yang mendukung praktik ritual untuk mencari kekayaan.

  4. Pengaruh Cerita Rakyat dan Media:
    • Cerita-cerita mistis tentang Gunung Kawi, termasuk dalam film horor komedi seperti Gunung Kawi (2019), memperkuat persepsi bahwa tempat ini adalah pusat pesugihan. Meskipun juru kunci seperti Jana menolak citra negatif ini, cerita-cerita tersebut tetap menarik perhatian publik.

  5. Keyakinan Pribadi dan Tradisi:
    • Bagi sebagian orang, ziarah ke Gunung Kawi bukan hanya soal pesugihan, tetapi juga mencari berkah atau motivasi spiritual untuk sukses. Seperti yang diungkapkan Bao-Yu, ritual dianggap sebagai bentuk doa yang membuka jalan kesuksesan, bukan sekadar transaksi dengan makhluk gaib.

Dampak dan Kontroversi

  • Konsekuensi Berbahaya: Ritual pesugihan sering dikaitkan dengan tumbal nyawa, seperti kerabat sedarah, yang berujung pada dampak tragis, termasuk kematian mendadak atau gangguan psikologis seperti halusinasi dan skizofrenia. Penelitian mahasiswa Universitas Brawijaya menunjukkan hubungan signifikan antara ritual pesugihan dan gangguan mental pada pelaku atau kerabatnya.

  • Pandangan Skeptis: Juru kunci dan sebagian masyarakat lokal, seperti Nanang Yuwono, menegaskan bahwa Gunung Kawi sebenarnya adalah tempat ziarah untuk mencari keberkahan, bukan pesugihan. Mereka menolak stigma negatif dan menekankan nilai sejarah serta budaya tempat ini.

  • Kebenaran vs. Mitos: Meskipun banyak cerita tentang kekayaan instan, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim pesugihan. Kekayaan yang diperoleh sering kali dikaitkan dengan motivasi psikologis atau kebetulan, sementara konsekuensi seperti tumbal dianggap sebagai risiko yang tidak sebanding.

Gunung Kawi identik dengan pesugihan karena perpaduan sejarah tokoh keramat, mitos pohon Dewandaru dan air bertuah, serta cerita sukses yang menyebar dari mulut ke mulut. Orang-orang datang ke sana didorong oleh desakan ekonomi, keyakinan spiritual, atau harapan akan kekayaan instan. Namun, praktik ini kontroversial karena risiko psikologis dan sosialnya, serta pandangan bahwa ziarah seharusnya untuk keberkahan, bukan jalan pintas menuju harta. Gunung Kawi tetap menjadi tempat yang kaya akan nilai budaya dan sejarah, tetapi persepsi tentang pesugihan bergantung pada keyakinan masing-masing individu.
Example 120x600