Delinews24.net – Pesantren, sebagai salah satu institusi pendidikan tertua di Indonesia, tidak hanya berperan dalam mencetak generasi yang religius, tetapi juga memiliki potensi besar dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Berbagai riset terbaru menunjukkan bahwa pesantren dapat menjadi pusat pengembangan pertanian mandiri, sekaligus membentuk santri yang sehat, produktif, dan berakhlak mulia.
Pesantren sebagai Pusat Ketahanan Pangan
Data dari Kementerian Pertanian RI (2021) mengungkapkan bahwa sejumlah pesantren di Jawa dan Sumatera telah sukses mengembangkan program “Pesantren Mandiri Pangan”. Melalui pemanfaatan lahan kosong, pesantren-pesantren ini menanam sayuran, buah, bahkan beternak ikan dengan sistem budikdamber (budidaya ikan dalam ember).
Penelitian dari IPB University (2022) juga menyoroti bahwa pesantren dengan lahan yang memadai dapat mengadopsi sistem pertanian berkelanjutan, seperti agroforestri dan hidroponik, yang tidak hanya mencukupi kebutuhan internal tetapi juga membantu masyarakat sekitar.Kyai Dr. Amar Tarmizi, M.Pd Pimpinan Pesantren Modern Darul Ma’rifat, Hamparan Perak Sumut, mengatakan, “Pesantren harus menjadi contoh dalam kemandirian pangan. Kami mengajarkan santri untuk tidak hanya pandai mengaji, tetapi juga mampu mengolah tanah.”
Kesehatan Santri: Modal Dasar Generasi Unggul
Namun, di balik potensi besar tersebut, tantangan masih ada. Data Kementerian Kesehatan RI (2023) menunjukkan bahwa beberapa pesantren masih menghadapi masalah gizi buruk dan sanitasi yang kurang memadai. Kondisi ini berdampak pada kesehatan santri, yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh.
Beberapa pesantren telah mengambil langkah inovatif. Misalnya, Pesantren Darussalam, Garut, mengembangkan program “Santri Sehat” dengan menyediakan makanan bergizi dari hasil kebun sendiri, serta edukasi pola hidup bersih. Dr. Siti Aminah, Peneliti Gizi UGM, menegaskan, “Santri yang sehat fisik dan mental akan lebih mudah menyerap ilmu dan menjadi pribadi yang produktif.”
Integrasi Pendidikan Agama dan Kemandirian Pangan
Pendidikan di pesantren tidak hanya terfokus pada ilmu agama, tetapi juga mulai mengintegrasikan keterampilan hidup (life skills), termasuk pengelolaan pangan. Studi UIN Jakarta (2023) menemukan bahwa pesantren yang menggabungkan kurikulum agama dengan pelatihan pertanian dan kewirausahaan berhasil mencetak santri yang mandiri dan berdaya saing.
Prof. Dr. Azyumardi Azra, Pakar Pendidikan Islam, menyatakan, “Pesantren harus bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. Dengan ketahanan pangan yang kuat, pesantren akan melahirkan generasi yang tidak hanya sholeh-sholehah, tetapi juga berkontribusi bagi bangsa.”
Kolaborasi untuk Masa Depan Lebih Baik
Agar potensi ini semakin maksimal, diperlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pesantren. Beberapa langkah strategis yang bisa diambil antara lain:
- Pendampingan teknis pertanian dan peternakan dari Kementan untuk pesantren.
- Program kesehatan berbasis pesantren, termasuk penyediaan makanan bergizi dan sanitasi yang baik.
- Pembentukan kader lingkungan yang fokus pada pengelolaan sumber daya pangan.
KH Hodri Arief , Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, menambahkan, “Pesantren adalah aset bangsa. Jika dikelola dengan baik, tidak hanya ketahanan pangan yang kuat, tetapi juga generasi emas Indonesia akan lahir dari sini.”
Menuju Indonesia Emas 2045: Peran Strategis Pesantren
Dalam menghadapi tantangan global seperti krisis pangan dan perubahan iklim, pesantren bisa menjadi laboratorium ketahanan pangan dan pembangunan karakter. Jika langkah-langkah pemberdayaan ini terus dikembangkan, pesantren tidak hanya akan melahirkan ulama, tetapi juga petani, wirausahawan, dan pemimpin masa depan yang berakhlakul karimah.
Masa depan Indonesia yang mandiri pangan dan generasi sholeh-sholehah mungkin akan dimulai dari halaman pesantren.