Example floating
Example floating
LangkatPeristiwa

Remaja putri ,IBU ODGJ tak mendapat perhatian pemerintah Langkat

3
×

Remaja putri ,IBU ODGJ tak mendapat perhatian pemerintah Langkat

Share this article

Langkat|delinews24.net – Masa remaja seringkali diwarnai dengan keceriaan, pencarian jati diri, dan merangkai mimpi untuk meraih cita-cita. Namun, narasi indah itu tidak berlaku bagi Nurliza (14 tahun), seorang remaja putri dari Dusun 2, Desa Batu Malengang, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kehidupannya adalah sebuah lakon tentang kedewasaan yang dipaksa, pengorbanan tanpa tanda jasa, dan ironi tertutupnya program bantuan sosial bagi yang paling membutuhkan.

Dunia Nurliza runtuh sejak usianya menginjak dua tahun, ketika orang tuanya bercerai. Sejak saat itu, ia hidup hanya bersama ibunya, Zubaidah (42 tahun), di sebuah rumah warisan neneknya. Tantangan hidupnya semakin berat ketika ibunya didiagnosis sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), mengharuskan Nurliza menjadi tulang punggung dan perawat tunggal.

Impiannya untuk melanjutkan pendidikan pupus sudah. Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) empat tahun lalu, Nurliza memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Kesibukannya merawat ibu yang sakit dan keterbatasan biaya menjadi tembok tinggi yang menghalangi langkahnya menuju bangku sekolah.

“Biaya sehari-hari saja mereka ditanggung keluarga dan tetangga. Apalagi untuk biaya sekolah,” ujar Rini, adik kandung Zubaidah, yang kerap membantu keadaan kakak dan keponakannya.

Penderitaan mereka tidak berhenti di situ. Selama tiga tahun terakhir, kebutuhan air bersih—sumber kehidupan paling dasar—menjadi momok menakutkan. Nurliza harus bersusah payah mengangkut air dari sebuah sumur tetangga yang terbengkalai, dengan kualitas air yang jauh dari layak konsumsi.

Namun, secercah harapan akhirnya menyapa. Sekitar sebulan yang lalu, seorang wanita berhati mulia, Ibu MN (38 thn), datang membantu. Tergerak oleh kondisi memprihatinkan yang ia saksikan, Ibu MN membangunkan untuk keluarga itu sebuah sumur bor lengkap dengan mesinnya. Masalah air bersih yang telah menyiksa selama bertahun-tahun akhirnya terselesaikan.

BPJS dan Bansos yang Tak Kunjung Menyapa

Meski satu masalah teratasi, beban lain justru semakin membebani pundak gadis belia itu. Biaya pengobatan untuk ibunya, terlebih jika harus berobat ke rumah sakit, masih menjadi mimpi buruk. Mereka tidak memiliki BPJS Kesehatan PBI, kartu jaminan kesehatan gratis dari pemerintah yang seharusnya menjadi penyelamat bagi warga miskin dan rentan seperti mereka.

Yang lebih ironis, berdasarkan informasi dari Rini yang disampaikan kepada media pada Jumat (22/08/2025), keluarga Zubaidah dan Nurliza seperti terabaikan dari sistem perlindungan sosial. Mereka diklaim belum pernah menerima Bantuan Sosial (Bansos) apapun, baik dari pusat maupun daerah, termasuk BLT Dana Desa.

Bahkan, dalam program bantuan pangan non-tunai terbaru dari pemerintah pusat, dimana 74.500 kepala keluarga di Langkat menerima beras 20 kg per KK, nama mereka kembali tidak tercatat. Seolah pemerintah desa setempat menutup mata terhadap nestapa yang dialami dua orang warga nya sendiri.

“Sepertinya pemerintah Desa Batu Malengang tidak peduli dengan nasib mereka,” kata Ibu MN, menyampaikan keprihatinan mendalam atas kondisi yang ia temui.

Kisah Nurliza adalah potret nyata dari kegagalan penyaluran program perlindungan sosial hingga ke tingkat akar rumput. Di balik gemuruh pencapaian statistik pembangunan, masih ada remaja yang terpaksa mengubur mimpinya dan berjuang setiap hari hanya untuk bisa bertahan hidup, tanpa adanya kepastian bantuan dari negara.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Pemerintah Desa Batu Malengang mengenai mengapa keluarga ini terlewat dari setiap program bantuan yang ada.

Example 120x600