Medan || delinews24.net
Nama Ahok mulai terdengar santer dibicarakan di provinsi Sumatera Utara untuk posisi “Ketua Para Ketua”. Kemungkinan besar PDIP mendorong Basuki Tjahja Purnama alias Ahok di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara.
PDIP selalu memberikan kejutan tentang kandidat yang diusung dalam elektoral seperti halnya pemilihan gubernur Sumatera Utara nopember 2024 ini. PDIP ternyata punya rencana lain sehingga pasang Ahok di Pilkada Sumut mendatang.
Kehadiran Ahok selain angin segar dalam demokrasi di Sumatera Utara, juga menjadi ancaman baru bagi Walikota Medan Bobby Nasution. Lawan berat menantu Jokowi dalam Pemilihan Gubernur Sumut bertambah.
Bobby Nasution sempat diprediksi bakal mulus menang di Pilgub Sumut. Sebagai menantu Presiden dan petahana sudah pasti memiliki keunggulan tersendiri.
Bobby Nasution kemungkinan bakal diusung oleh Golkar seperti sudah disampaikan oleh Ketum Golkar Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu.
Meski sebagai kader PDIP awalnya, Partai Berlambang Banteng itu sudah menutup pintu untuk Bobby Nasution. Sementara PDIP sudah mempersiapkan ‘amunisi’ terbaik di Pilgub Sumut.
PDIP bakal memasang Basuki Tjahja Purnama alias Ahok di Pilgub Sumut. Mantan Gubernur Jakarta itu disebut bakal ikut kontestasi Pilgub Sumut. Dikabarkan tujuan mengusung Ahok di Pilgub Sumut untuk memutus politik dinasti.
PDIP telah membuka penjaringan pendaftaran calon bupati, wali kota, dan gubernur mulai Senin (3/4/2024) hingga Senin (20/5/2024).
Kemungkinan Ahok diusung PDIP di Pilgub Sumut diungkap oleh Politisi PDI Perjuangan Sutrisno Pangaribuan. Menurut Sutrisno Sumut sudah selayaknya dipimpin sosok yang berani melawan mafia.
Sampai sejauh ini, kata Sutrisno telah mengambil formulir pendaftaran calon gubernur (Cagub) Nikson Nababan, Ketua DPC PDIP Tapanuli Utara yang juga Bupati Tapanuli Utara (2014-2024), dan Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara (2018-2023).
Menurut Sutrisno Pangaribuan, Rapidin Simbolon, Ketua DPD PDIP Sumut, Anggota DPR RI terpilih, Bupati Samosir (2015-2020), kandidat potensial sebagai Cagub, tetapi Rapidin tidak berkeinginan.
“Namun Rapidin Simbolon belum menyatakan keinginan, kesediaan maju, dan mendaftar. Rapidin Simbolon seperti tidak memiliki ambisi selain fokus mengurus partai menghadapi Pilkada,” kata Sutrisno.
Karena itu, dirinya meyakini mantan Komisaris Utama Pertamina itu memiliki kans besar untuk menang di Pilgub Sumut 2024. Sumatera Utara sangat terkenal sikap dan sifat pluralnya, bisa menerima perbedaan suku maupun agama, dan selama ini sudah hidup berdampingan.
“Nama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi salah satu nama cagub yang berpeluang besar untuk menang. Pengalaman sebagai Bupati Belitung Timur (2005-2010). Lalu pada Tahun 2006, Ahok mengundurkan diri sebagai Bupati karena maju sebagai calon gubernur Bangka Belitung,” terangnya.
“Kemudian Ahok maju dan duduk sebagai Anggota DPR RI, dari partai Golkar (2009-2014). Ahok kemudian menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta (2012-2017). Terakhir Ahok diberi amanah sebagai Komisaris Utama PT Pertamina, dan mengundurkan diri (2024),” sambungnya.
Terlebih, dirinya juga melihat daftar kandidat dalam bursa cagub Sumut 2024, ia meyakini Ahok bisa menciptakan sejarah dengan memenangkannya.
“Terutama jika Pilkada Sumut akan diikuti oleh 4 pasangan calon (Paslon), yakni menantu Jokowi, Edy Rahmayadi, dan Musa Rajekshah (Ijeck), maka Ahok akan memenangkan Pilkada Sumut. PDIP akan menciptakan sejarah baru dengan Gubernur baru di Pemilu 2024.”
Mengintip kekuatan Bobby Nasution di Pilgub Sumut?
Pengamat Sosial dan Pemerintahan, Arifin Saleh Siregar mengatakan Bobby Nasution kemungkinan berebut rekomendasi dengan Musa Rajekshah alias Ijeck.
Ijeck merupakan Ketua DPD Golkar Sumut. Tentu sebelum dipastikan maju dalam Pilgub Sumut, Bobby harus berusaha mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
Selain itu, masih ada Partai Gerindra yang besar peluang mendukung Bobby sebagai balas jasa Pilpres lalu.
Kemungkinan ada 3 paslon yang bersaing di Pilgub Sumut; Musa Rajekshah, Bobby Nasution, dan Eddy Rahmayadi. Sebelum nama Ahok muncul.
Basis suara jika Ijeck, Bobby, Edy maju masih meraba-raba. Ijeck sudah membuktikan suaranya dalam Pemilu legislatif dan terpilih sebagai Anggota DPR RI dari dapil Sumut I meliputi Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kota Tebing Tinggi.
Tapi yang jelas suara kader Golkar yang memilih Golkar kemarin kemungkinan akan tetap ke suara Bobby jika pilihan partai nantinya merujuk ke walikota Medan tersebut.
Tapi waktu menjadi variabel berikutnya. Kita belum melihat faktor Politik apa yang tersaji ke publik karena masih panjang ini. Jadi nanti masih banyak hal yang mempengaruhi. Kita lihat basis politik tentu belum bisa diyakini faktor penentu, apalagi Pileg berbeda jauh dengan Pilkada.
Terkait bakal calon Wakil Gubernur dari Musa Rajekshah, sepertinya tidak begitu signifikan mendongkrak suara.
Seringkali atau beberapa kali dalam beberapa daerah justru keberadaan wakil kepala daerah bisa menggerus suara kepala daerahnya. Makanya Ijeck harus berhati-hati menentukan calon Wakilnya.
Pertama, walaupun tidak memiliki basis massa yang banyak atau berbagai modal setidaknya calon wakil eksistensi tinggi dan penolakan di masyarakat. Kalau kita lihat darimana, tentu dari faktor daerah, suku dan popularitasnya spesifikasi calon wakilnya.
Segala kemungkinan masih bisa terjadi dalam konteks Politik, termasuk seandainya Ijeck berpasangan dengan Bobby atau sebaliknya. Perkembangannya pun hari perhari. Di menit terakhir pun bisa berubah nanti. Sumatera Utara sudah sering mengalami hal seperti itu. Pernah dulu, sudah mau daftar ke Komisi Pemilihan Umum, rupanya salah satunya gak jadi.
Seandainya Musa Rajekshah, Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution maju kita lihat variabel dukungan partai politik, variabel waktu, variabel persiapan dari Wakil.
Kemungkinan dukungan daerah dan pusat. Karena tiga orang ini memiliki peluang yang sama, basis dan kelebihan masing-masing. Kita juga menunggu proses tarik menarik apakah Golkar memilih Bobby atau Ijeck.
Bobby, sangat dikenal karena dekat dengan istana. Di Medan juga punya tim yang solid setidaknya yang bermain di media sosial. Pemilih generasi Z juga kita lihat.