Scroll untuk baca berita
Example 325x300
Example floating
Example floating
Sejarah

Miskin Harta Kaya Literasi: Biografi Jendral Soedirman

239
×

Miskin Harta Kaya Literasi: Biografi Jendral Soedirman

Share this article
foto Jendral Besar Soedirman dirobek
Ilustrasi foto Jendral Besar Soedirman dirobek.

Rempang menyala lagi untuk yang kesekian kali. Masyarakat Rempang masih belum juga terlepas dari bayang-bayang keserakahan oligarki dan warisan segudang masalah PSN warisan Jokowi.

Mengutip dari Gelora pada 18 Desember 2024, terjadi insiden di Pulau Rempang, Batam, di mana sekelompok massa menyerbu warga Galang. Dalam peristiwa tersebut, foto-foto tokoh nasional, termasuk Presiden Prabowo Subianto dan Jenderal Sudirman, dirusak dan dirobek oleh massa yang diduga berasal dari PT Makmur Elok Graha (MEG), perusahaan yang berencana mengembangkan wilayah tersebut.

Mantan pejabat seperti M. Said Didu dan Abraham Samad mengunjungi warga Galang pada 22 Desember 2024 untuk meninjau dampak insiden tersebut. Mereka bertemu dengan warga yang menjadi korban pemukulan dan menyaksikan kerusakan foto-foto tokoh nasional. Warga menyampaikan harapan agar pihak berwenang melindungi mereka dari tindakan yang merugikan.

PT MEG, yang memiliki investasi di Pulau Rempang, sebelumnya menjadikan Kantor Camat Galang sebagai pos perwakilan mereka. Setelah insiden tersebut, PT MEG menyatakan akan meninggalkan kantor camat pada 22 Desember 2024. Masyarakat setempat berharap agar kampung mereka dijaga oleh pihak keamanan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

patung jendral sudirman di depan kantor kementerian pertahanan jepang
Patung jendral sudirman di depan kantor kementerian pertahanan jepang

Insiden ini menyoroti ketegangan antara warga lokal dan perusahaan yang berencana mengembangkan wilayah tersebut, serta pentingnya perlindungan terhadap simbol-simbol nasional dan hak-hak masyarakat setempat.

Karena salah satu foto yang dirobek merupakan tokoh pejuang yang secara langsung berkontribusi terhadap pembentukan negeri ini, maka untuk yang kesekian kali izinkan kami Redaksi delinews24.net kembali meyegarkan ingatan kita kembali dan sebagai edukasi bagi mereka-mereka yang miskin literasi dibawah komando oligarki.

Biografi Jenderal Sudirman: Pahlawan Besar Kemerdekaan Indonesia

Jenderal Sudirman adalah salah satu tokoh yang paling dihormati dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari 1916, ia dikenal sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia yang memimpin perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah, terutama melalui strategi perang gerilya. Berikut adalah perjalanan hidup dan perjuangannya dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.

 

Sumber: Google Images

Kehidupan Awal

Sudirman lahir dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Ayahnya bekerja di pabrik gula Kalibagor, Banyumas, sementara ibunya berasal dari keturunan seorang pejabat pemerintahan. Sejak kecil, Sudirman diasuh oleh seorang camat bernama Raden Cokrosunaryo, yang tidak diketahui Sudirman sebagai ayah angkat hingga ia berusia 18 tahun.

Sudirman memulai pendidikan di sekolah pribumi (Hollandsch Inlandsche School), dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Wirotomo setelah sekolah Taman Siswa tempat ia belajar sebelumnya ditutup oleh Ordonansi Sekolah Liar. Ia juga menempuh pendidikan di HIK Muhammadiyah, Solo, meski tidak sampai tamat. Semasa di Muhammadiyah, Sudirman terlibat dalam organisasi Pramuka Hizbul Wathan, yang kemudian membentuk karakter kepemimpinannya.

Pernikahan dan Keluarga

Pada tahun 1936, Sudirman menikahi Alfiah, seorang teman sekolahnya. Mereka dikaruniai tiga putra dan empat putri. Setelah menikah, Sudirman menetap di rumah mertuanya di Cilacap, tempat ia mulai merintis karier sebagai guru.

Karier Mengajar

Sudirman dikenal sebagai sosok guru yang berdedikasi. Ia mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah di Cilacap dan juga aktif sebagai pembina Pramuka Hizbul Wathan. Meski bergaji kecil, ia tetap setia mengajar dan memegang teguh prinsip moral yang ia ajarkan kepada para muridnya. Keberhasilannya dalam mendidik anak-anak membawa Sudirman diangkat sebagai kepala sekolah, meski tidak memiliki ijazah formal sebagai guru.

Karier Militer

Karier militer Sudirman dimulai saat penjajahan Jepang pada tahun 1944, ketika ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Kepemimpinannya yang menonjol menjadikannya komandan (daidanco) di wilayah Banyumas. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Sudirman memainkan peran penting dalam merebut senjata dari pasukan Jepang yang tersisa di Banyumas.

Sumber: Google Images

Pada bulan November 1945, Sudirman memimpin serangan di Ambarawa melawan pasukan Sekutu, yang akhirnya dikenal sebagai **Palagan Ambarawa**. Keberhasilannya dalam pertempuran ini membuat Presiden Soekarno melantiknya sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Perang Gerilya dan Agresi Militer II

Salah satu peristiwa paling monumental dalam perjalanan militer Jenderal Sudirman adalah ketika ia memimpin perang gerilya melawan tentara Belanda dalam Agresi Militer II pada Desember 1948. Meskipun dalam kondisi kesehatan yang buruk akibat tuberkulosis (TBC), ia tetap memimpin perlawanan dengan bergerilya bersama pasukannya selama tujuh bulan. Gerakan gerilya ini menjadi simbol ketangguhan dan semangat perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan.

Pada Juli 1949, Belanda akhirnya mulai menarik pasukannya, dan Sudirman dipanggil kembali ke Yogyakarta oleh Presiden Soekarno. Tak lama setelah itu, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.

Akhir Hidup

Jenderal Sudirman didiagnosis menderita tuberkulosis pada tahun 1948, dan kondisi kesehatannya semakin menurun. Pada 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah, pada usia 34 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta, dengan upacara yang dihadiri oleh ribuan pelayat.

Makam Jenderal Soedriman

Warisan

Jenderal Sudirman dikenang sebagai sosok pemimpin yang tidak hanya tegas di medan perang, tetapi juga bijaksana dalam mengelola rakyatnya. Perjuangannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui strategi gerilya, menjadi teladan yang abadi bagi generasi penerus. Hingga kini, Jenderal Sudirman tetap menjadi simbol keteguhan hati dan keberanian bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajahan.

Jenderal Besar Soedirman

Ringkasan ini hanya kulitnya saja belum keseluruhan isi buku. Semoga mereka yang merobek dan tidak memahami sejarah diterbitkan nasionalisme di hatinya dan lebih menghargai sejarah.(Red)

Example 120x600