delinews24.net– Sebuah pernyataan kontroversial dari seorang akademisi Malaysia terkemuka, Profesor Datuk Dr. Md Amin Md Taff, memicu perdebatan sengit di media sosial. Rektor Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) tersebut menyatakan bahwa lanskap alam Malaysia “400 kali lebih indah” dibandingkan dengan Thailand, klaim yang langsung menuai berbagai tanggapan dari warganet di kedua negara.
Dalam pernyataannya yang dilaporkan World of Buzz, Profesor Md Amin dengan tegas memuji keindahan alam negaranya. “Port Dickson di Malaysia lebih indah daripada Pantai Ao Nang di Thailand. Pulau-pulau di Langkawi lebih memukau dibandingkan pulau-pulau di Krabi. Air di Pulau Redang, kepulauan Mersing, bahkan Pulau Kapas, lebih jernih daripada di Ko Phi Phi,” ujarnya.
Pengakuan Keunggulan Thailand di Sektor Lain
Meski begitu, sang profesor secara jujur mengakui bahwa Thailand unggul dalam beberapa aspek pariwisata lainnya. Ia menyebut bahwa suvenir di Thailand “jauh lebih murah,” sementara di Malaysia harganya “lebih mahal dengan pilihan yang terbatas.” Ia juga menjelaskan bahwa alasan banyak warga Malaysia berlibur ke Thailand adalah karena biaya yang lebih rendah, makanan yang murah, dan beragamnya aktivitas yang ditawarkan.
Respons Terpolarisasi di Media Sosial
Pernyataan “400 kali lebih indah” ini langsung membelah opini netizen. Sejumlah pengguna media sosial mendukung penuh pernyataan tersebut. “Sebenarnya dia benar,” tulis seorang warganet. “Akhirnya ada yang menyadari dan berani menyuarakan ini,” tambah yang lain.
Namun, gelombang skeptisisme dan bantahan justru lebih besar. Banyak warganet mempertanyakan dasar ilmiah dari angka “400 kali” tersebut.
“Angka 400 kali itu dari mana? Kenapa bukan 10 atau 100?” tanya seorang warganet yang kritis. Warganet lain menambahkan, “Sepertinya dia belum pernah ke Negeri Senyuman,” sebuah sindiran halus bahwa profesor tersebut dianggap belum cukup menjelajahi Thailand.
Beberapa komentar mencoba menengahi dengan bersikap lebih objektif. Seorang warganet berpendapat, “Ini bukan soal menang atau kalah, melainkan keseimbangan di mana kedua destinasi ini berkembang dengan caranya masing-masing.”
Data Kunjungan Wisatawan Jadi Bahan Pembanding
Perdebatan ini menarik untuk dilihat dalam konteks data pariwisata yang ada. Berdasarkan statistik, pada paruh pertama tahun ini, Malaysia memang tercatat sebagai destinasi paling banyak dikunjungi di Asia Tenggara dengan 21 juta kedatangan wisatawan, mengungguli Thailand yang mencatat 17,5 juta kunjungan.
Namun, angka kunjungan yang lebih tinggi itu tidak serta-merta membuktikan klaim “keindahan 400 kali lipat,” mengingat daya tarik sebuah destinasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas, harga, dan marketing, di samping keindahan alamnya sendiri. Debat ini pada akhirnya menggarisbawahi bahwa selera dan preferensi wisata adalah hal yang sangat subjektif.