Wedi Pekewuh Isin (Pengasuhan Tatakrama Anak-Anak Dalam Budaya Jawa)
Membentuk karakter anak yang berani berpendapat dan bertindak tanpa kehilangan tata krama itu tidaklah sederhana.
Butuh proses panjang, agar anak memahami dan memiliki kesadaran untuk menempatkan keberanian tanpa melupakan etika dan tata krama.
Mudah untuk berani tanpa etika. Kepada siapa saja bisa ngomong, protes, berdialog asal bicara. Tetapi apakah sudah “trep” dengan sikap hormat yang tepat?
Hormat pada yang tua, pada orang tua, pada atasan, dan hormat pada sesama, teman dan bawahan.
Wedi Pekewuh Isin
Disitulah tuntutan agar anak tetap berani dengan “empan papan,” ( menyesuaikan situasi dan kondisi).
Ada setidaknya 3 hal yang membatasi keberanian anak, yakni;
1. WEDI (takut, bukan wedhi yg berarti pasir)
2. PEKEWUH (sungkan)
3. ISIN (malu)
Hal yg harus ditakuti anak? Kalau selalu takut ya anak tidak akan berkembang optimal. Disitulah peran ortu untuk mengarahkan anak agar takut jika berbuat salah. Jika benar jangan sampai muncul rasa takut.
Pekewuh atau sungkan, tidak tepat dipakai disetiap situasi dan kondisi. Pekewuh hanya jika membawa efek merepotkan bagi orang lain. Jika tidak membuat kerepotan, jalani saja tanpa harus sungkan.
Sungkan di saat darurat, jadi malapetaka. Ketika ada orang kejebur sumur masa sungkan mau bilang ke tetangga karena tetangganya terlalu “priyayi” sikapnya. Kan repot?
Isin atau malu, bukan frame yang tepat untuk membingkai ketakutan bicara jika ada hal penting yang perlu disampaikan.
Justru isin-lah jika melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma, nilai dan aturan yang ada. Sejauh tidak ada yang terlanggar, kenapa harus malu?
Keberanian itu terbentuk dari pola asuh yg diterapkan orangtua pada anak.
- Over permisif atau terlalu membiarkan akan membuat anak “kewanen” atau terlalu berani, tidak memiliki rasa sungkan dan rasa malu dimanapun dan kapanpun. Karena terbiasa dibiarkan bertindak dan berkata oleh orang tuanya.
- Over rejected atau terlalu menekan akan membuat anak “keweden” atau ketakutan dalam banyak hal. Ini juga memperparah rasa pekewuh /sungkan dan isin/ malu dia untuk melakukan banyak hal.
- Over protectif akan membuat anak ‘isinan’ atau selalu malu dalam bertindak dimanapun dan kapanpun. Hal ini karena kebiasaan ortu yang selalu memback-up anak di bidang apapun, hingga anak kurang berani dan kurang mandiri.
Lalu pola apakah yang tepat?
Semuanya harus berjalan dengan proporsional. Tak terlalu menekan, tak terlalu membiarkan, dan tak terlalu melindungi anak.
Ortu adalah contoh kongkrit bagi anak, dan ortu yg paling paham sifat anak, untuk kapan diberi tau dilarang, disuruh, diminta, dan pola sejenis lainnya.
Ini hanya nukilan kecil pikiran yang tak terlalu ilmiah, pengingat bahwa tatakrama dan etika itu sangat penting.
Apalah arti pintar tanpa etika, siapa yg akan respect padanya?
[contact-form][contact-field label=”Nama” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Surel” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Situs web” type=”url” /][contact-field label=”Pesan” type=”textarea” /][/contact-form]
Tak ada..
Wedi Pekewuh Isin